Amalan Ringan di Lisan, Berat di Timbangan.
Sahabat ngaos, jika kita bisa mendapatkan sesuatu yang memperberat timbangan amal baik kita di akhirat nanti hanya dengan mengucapkan sesuatu, mengapa tidak kita ucapkan saja. Tidak perlu payah beramal, tidak harus bersimbah keringat beramal, kita sudah bisa mendapatkan pahala yang besar, mengapa tidak mau?
Kita persilakan sahabat Nabi, Abdurrahman bin Shakhr, yang lebih dikenal dengan nama julukannya, Abu Hurairah, menuturkan haditsnya.
Subhanallah, betapa mudahnya beramal saleh. Betapa ringannya kalimat ini diucapkan oleh lisan kita. Betapa cepatnya
kita menghafal lafal ini. Ayo kita ucapkan sekarang juga, “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim ”
Kita bisa mengucapkannya sambil menyetir mobil saat berangkat ke tempat kerja. Kita juga bisa melafalkannya sembari mengendarai motor saat berangkat kuliah. Kita bisa mengatakannya di kios pasar sambil menunggu kedatangan pembeli. Kita dapat pula mengucapkannya ketika kita mengayuh sepeda saat berolahraga di pagi hari. Kita bisa dan mampu melakukannya kapan saja.
Melafalkan kalimat itu hanya memerlukan waktu sekitar lima detik. Ini artinya dalam semenit kita bisa mengucapkannya 12 kali. Dalam seperempat jam kita dapat mengucapkannya 180 kali. Kalo bisa satu jam kita terus melafalkannya maka kita telah mengucapkan sebanyak 720 kali. Allahu akbar, banyaknya pemberat timbangan kita!
Ketimbang kita mendendangkan lagu dangdut, pop, rock, atau lagu dan nyanyian lainnya yang tidak berpahala, lebih baik kita mengucapkan lafal ringan pemberat timbangan itu saja. Daripada kita ber-um-um menembangkan tembang macapat atau tembang campur sari, lebih baik kita berdzikir dengan lafal tersebut. Ketimbang kita nganggur melamun, lebih baik kita dzikir “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim” tanpa tetapi.
Bayangkan, jika teman-teman sekolah kita di SMA atau SMP atau teman kuliah kita di universitas-yang muslim tentunyalebih memilih melafalkan “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim” daripada lagu-lagu cinta, baik berbahasa Inggris maupun yang berbahasa Indonesia, pada saat istirahat mereka, alangkah indahnya. Betapa sekolah atau kampus kita menjadi lebih hidup daripada biasanya. Betapa banyaknya pelajar dan mahasiswa
yang memiliki tabungan untuk memperberat timbangannya di akhirat.
Bayangkan jika rekan-rekan kerja kita di kantor, staf, dan dewan direksi yang beragama lslam-lebih suka mengucapkan dzikir Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim daripada nyanyi lagu-lagu rock atau pop, baik domestik maupun Barat, alangkah bagusnya. Kantor kita akan lebih cerah dengan cahaya hidayah. Ruang kerja kita akan lebih sejuk daripada biasanya, walau AC kantor sedang error sekalipun. Yang lebih penting, rekan kerja kita yang sehari-hari bekerja saling bantu dengan kita menjadi lebih dekat kepada Allah dan senantiasa ingat akhirat, akhir perjalanan panjang mereka.
Bayangkan jika sahabat kita, sesama pedagang di pasar, baik pasar tekstil atau pasar sayur, atau pasar grosir elektronik, atau pasar komputer-yang muslim tentunya-lebih baik berzikir Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim daripada mendendangkan lagu dangdut yang biasa dilantunkan biduan biduanita dangdut dengan membuka lebar-lebar auratnya untuk konsumsi publik. Alangkah besar manfaatnya jika demikian. Manfaat dzikir itu tidak hanya kembali kepada mereka, tetapi juga kepada orang-orang sekitarnya, termasuk para pembeli. Pembeli dan pelanggan mendengar-walau hanya pelan dan lirih-ucapan dzikir, bukan lagu yang melalaikan pikir.
Mari kita membayangkan jika sejawat dokter dan rekan paramedis di rumah sakit atau puskesmas atau institusi kesehatan lainnya-yang beragama Islam-lebih suka berdzikir Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim saat menunggu pasien atau saat istirahat siang atau saat-saat longgar lainnya, alangkah terangnya jiwa rumah sakit kita. Alangkah bercahayanya lembaga kesehatan kita. Pasien akan lebih terpenuhi kebutuhan rohaninya sehingga akan mendorongnya untuk menggapai kesembuhan iasmaninya.
Bayangkan ketika masyarakat kita, penduduk perumahan kita, tetangga sekitar kita, lebih suka melafalkan Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim
daripada ucapan lainnya, betapa Allah akan mencintai mereka. Ucapan itu dicintai oleh Allah maka pengucapnya pasti juga dicintai oleh Allah. Allah cinta mereka dan Allah akan anugerahkan nikmat-Nya.
Semua itu memang hanya bayangan, fantasi, dan anganangan. Namun, suatu saat, entah kapan itu, kita akan dapat mewujudkannya. Bagaimana caranya, kita awali dari diri kita terlebih dahulu. Jika kita sudah biasa mengucapkan Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim pada waktu longgar kita, pada saat istirahat kita, atau ketika kita bersantai, sebagai pengganti lagu dangdut atau campur sari atau pop atau rock atau metal, atau tembang-tembang lainnya, yang mayoritasnya justru melalaikan hati, kita akan mampu membiasakannya kepada orang-orang sekitar kita. Mulai dari saudara, teman, istri, suami, anak, dan lainnya, lantas ke orang-orang yang lebih luas lagi. Jadi, mari kita mulai sejak dini. Mari kita ucapkan sekarang juga Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim
Ucapan lainnya yang memperberat timbangan adalah Alhamdulillah. Abu Malik al-Asy'ari bertutur, Rasulullah saw. bersabda,
Hadits itu juga menjelaskan bahwa lafal subhanallah dan alhamdulillah tersebut memenuhi ruang yang ada di antara beberapa langit dan bumi. Dua dzikir ini memenuhi antariksa,
memenuhi ruang angkasa. Betapa mulianya. Betapa agungnya. Betapa berharganya dua ucapan dzikir tersebut.
Semua dzikir itu memperberat timbangan amal baik kita nanti di akhirat. Oleh karena itu, jangan lupa untuk melafalkannya, sebanyak mungkin setiap hari.
Posting Komentar untuk "Amalan Ringan di Lisan, Berat di Timbangan. "