Kenali Diri Maka Mengenal Allah SWT.
Apakah dasar agama itu?
Jawāb: Dasar agama sesuai dengan apa yang disabdakan Nabi yaitu: “Dasar agama yaitu mengenal Allah.”
Apakah dasar mengenal Allah?
Jawāb: Dasar mengenal Allah yaitu mengenal dan melihat lebih dahulu kepada dirinya sendiri (untuk menambah keīmānan pada Allah). Dan sesudah itu beragama dengan pengertian: berīmān, beragama Islām, bertauhīd dan berma‘rifah.
Apakah arti Īmān, Islām, Tauhīd dan Ma‘rifah itu?
Jawāb: Īmān itu artinya percaya kepada Allah, Rasūl-rasūl-Nya, malā’ikatmalā’ikat-Nya, kitāb-kitāb-Nya, hari Qiyāmat, dan percaya kepada nashīb baik atau buruk dari Allah (yang diishtilahkan dengan taqdīr). Adapun arti Islām yaitu mengikuti perintah-perintah Allah serta meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh syara‘ (hukum Islām). Dan pengertian Tauhīd yaitu mengesakan diri, sifat dan ciptaan Allah. Sedangkan pengertian ma‘rifah yaitu dapat membedakan antara sifat makhlūq yang keadaannya baru daripada sifat Allah yang keadaannya tidak berpangkal.
Berilah keterangan tentang Rukun Īmān.
Jawāb: Rukun Īmān ada enam perkara yaitu:
(1 ): Percaya kepada Allah: Yaitu percaya kepada sifat-sifat, dzāt dan adanya ciptaan Allah serta mempercayai adanya nama-nama Allah (yang dikenal dengan Asmā’-ul-husnā).
(2): Percaya kepada para Rasūl: Yaitu percaya kepada para Rasūl dan Nabi (yang wājib adalah 25 orang). Termasuk dalam hal ini percaya kepada adanya Rasūl Allah (Muhammad) yang berkebangsaan ‘Arab-Quraisy, lahir dan dibesarkan di Mekkah, berumur 63 tahun, berhijrah (pindah) ke Madīnah, wafat dan diqubūrkan di sana.
(3): Percaya kepada para malā’ikat: Yaitu mempercayai bahwa mereka dibuat oleh Allah dari dzāt yang halus (cahaya), dengan sifatnya yang bukan laki-laki, bukan perempuan (dan tidak banci), tidak makan, tidak minum, tidak bernafsu syahwat, juga tidak beranak, tidak berayah ibu dan tidak tidur.
(4): Percaya kepada kitāb-kitāb Allah: Yaitu percaya kepada adanya firmanfirman Allah yang diturunkan dari langit (lauh-ul-mahfūzh) yang dibawa atau disampaikan oleh Malā’ikat Jibril. Adapun banyaknya yaitu 1 04 buah kitāb/shuhūf, di antaranya yaitu Taurat, Zabūr, Injīl dan Qur’ān.
(5): Percaya kepada hari Qiyāmat: Yaitu berīmān akan adanya hari kebangkitan manusia dari ‘ālam qubūr menuju padang mahsyar (tempat berkumpul di hari qiyāmat) yang kemudian akan ditimbang dosa dan pahala kebaikannya. Juga harus dipercayai adanya titian (jembatan) yang disebut shirāth-ul-mustaqīm (jalan lurus), telaga minuman (bagi mereka yang kehausan untuk ummat yang berīmān), kemudian syurga dan neraka.
(6): Percaya kepada Taqdīr: Yaitu percaya kepada nasib baik berupa īmān dan thā‘at bagi seorang mu’min, serta percaya kepada nasib jelek yaitu sifat kāfir dan berma‘shiat kepada Allah, sedangkan kedua sifat itu memang dijadikan oleh Allah.
Apakah pengertian tentang Dzāt, sifat Allah dan af‘ālNya
Jawāb: Yang dimaqshūd dengan dzāt Allah s.w.t. yaitu tidak adanya sesuatu di ‘ālam semesta kecuali hanya Allah sebagai permulaan (sebelum terciptanya makhlūq), sedangkan selain Allah tidak akan mungkin terjadi, yang dapat dimisalkan pada adanya bayangan yang tidak akan terjadi tanpa ciptaan Allah. Adapun pengertian tentang sifat Allah yaitu adanya sifat-sifat Allah yang Maha Hidup, mengetahui, kuasa, berkehendak, mendengar, melihat, berkatakata dan lain-lain. Hal tersebut bagi makhlūq-Nya hanyalah merupakan bayangan semata bagi sifat-sifat Tuhan. Dan adanya sifat wujūd (ada) bagi makhlūq-Nya adalah karena diadakan oleh Allah yang akan mustahīl satu bayangan bergerak tanpa digerakkan oleh yang memiliki bayangan itu sendiri. Dan mustahīl akan bercerai bayangan itu dari pemilik bayangan semula. Tetapi Allah Maha Suci dari segala sifat yang dapat dipersamakan dengan makhlūq-Nya. Di samping itu bayangan makhlūq adalah merupakan bayangan beku misalnya yang berasal dari kayu atau batu. Adapun dzāt Allah sudah jelas tidak kelihatan tetapi dapat di‘ibāratkan pada cahaya matahari yang cahayanya bisa terjadi karena adanya matahari. Dan pengertian tentang af‘āl (ciptaan) Allah yaitu tidak ada satu ciptaan pun di ‘ālam semesta kecuali pada asalnya adalah merupakan ciptaan Allah semata. Tidak ada satu benda terkecil pun di dunia atau ‘ālam semesta yang dicipta makhlūq. Dan jika ada yang menduga terjadinya perbuatan atau ikhtiyār makhlūq terhadap satu benda walaupun sebesar atom (zarah) maka jelaslah bahwa hal itu berarti menyekutukan dengan Tuhan. Dengan demikian haruslah dibedakan antara ciptaan makhūq dengan ciptaan Tuhan, dan jika tidak bisa membedakannya maka akan termasuklah mereka golongan yang tidak mengerti sebab tidak mengetahui haqīqat dirinya dan tidak mengetahui haqīqat Tuhannya.
Apakah tujuan ma‘rifah?
Jawāb: Ma‘rifah artinya pengetahuan atau pengenalan dengan tujuan untuk mengenal satu pribadi.
Apakah tujuannya jika pribadi itu dikenal?
Jawāb: Tujuannya adalah untuk mengenal Allah, seperti diterangkan dalam hadīts: Barangsiapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya.
Bagaimana manusia akan dapat mengenal Tuhan sedangkan Tuhan tidak dapat dilihat?
Jawāb: Pengertian mengenal Tuhan yaitu mengenal sifat-sifatNya setelah diterangkan dalam beberapa firmannya,dan Dia menciptakan segala sesuatu agar para makhlūq yang diciptanya itu mengenal kepada Tuhan yang menciptakannya.
Posting Komentar untuk "Kenali Diri Maka Mengenal Allah SWT."